Langsung ke konten utama

Sejarah Pura Tirta Empul

                PURA TIRTA EMPUL


Tirta Empul adalah nama
sebuah pura yang terletak di
kecamatan Tampak Siring.
Pura Tirta Empul banyak
dikunjungi para wisatawan,
baik dari mancanegara maupun
wisatawan domestik. Objek
wisata Tirta Empul, merupakan
salah satu, tempat liburan di
Bali yang wajib dikunjungi. Di
pura Tirta Empul, terdapat mata
air dan juga digunakan oleh
masyarakat pemeluk agama
Hindu, untuk permandian dan
memohon tirta suci.
Pura Tirta Empul dibangun
disekililing sebuah sumber
mata air yang besar pada 962
M selama wangsa Warmadewa
oleh raja Sri Candrabhayasingha
Warmadewa (dari abad ke-10
hingga ke-14). Nama pura
berasal dari sumber mata
air tersebut yang dinamakan
"Tirta Empul". Mata air tersebut
berasal dari sungai Pakerisan.
Pura dibagi menjadi 3 bagian;
Jaba Pura (halaman depan),
Jaba Tengah (halaman tengah)
dan Jeroan (halaman dalam).
Jaba Tengah terdiri dari 2 kolam
dengan 30 pancuran yang
diberi nama sebagai berikut:
Pengelukatan, Pebersihan, dan
Sudamala serta Pancuran Cetik
(racun).
Dikisahkan dalam Lontar Usana
Bali bahwa Tirta Empul atau
Tirta Ri Air Hampul diciptakan
oleh Bhatara Indra ketika ia
sedang berperang dengan raja
Mayanadenawa dari Bedahulu,
raja tersebut diceritakan
amat sakti dan memiliki
kemampuan dapat menghilang.
Karena kesaktiannya tersebut
Mayanadenawa menganggap
dirinya sebagai Tuhan, untuk
alasan itulah kemudian Bhatara
Indra memeranginya. Pada
sebuah pertempuran yang
terjadi di sebuah daerah,
Mayanadenawa dan pasukannya
terdesak, kemudian mereka
berjalan dengan telapak
kaki miring, maka dari itu,
daerah tempat pertempuran
tersebut kemudian dinamakan
Tampaksiring.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa perbedaan Pandita dan Pinandita ?

PERBEDAAN PANDITA DAN PINANDITA Pandita dan Pinandita secara umum dikenal dengan nama orang suci, Yaitu seseorang yang memiliki kewajiban untuk melaksanakan upacara baik dalam skala besar maupun skala kecil.. Orang suci juga dapat diartikan sebagai orang yang mampu menerima getaran-getaran gaib, memiliki mata batin dan dapat memancarkan kewibawaan rohani, serta dapat mewujudkan ketenangan dan penuh welas asih yang di sertai kemurnian lahir dan batin dalam mengamalkan ajaran agama. Apa yang membedakan Pandita dan Pinandita??? Pengertian Pandita Pandita adalah golongan orang suci yang telah dwijati yaitu orang suci yang melakukan penyucian diri tahap lanjut atau madiksa.  Orang yang telah melaksanakan proses madiksa disebut orang yang lahir dua kali.  Kelahiran yang pertama dari kandungan ibu, sedangkan kelahiran kedua dari kaki seorang guru rohani (Dang Acarya) atau Nabe dan  Setelah melakukan proses madiksa, orang suci tersebut diberi gelar Sulinggih atau Pandita.. Pandita

Apa makna sampian peras ?

                        SAMPIAN PERAS  Sampian peras; terbuat dari empat potong janur dibentuk menyerupai parabola di atasnya, merupakan lambang dari kesiapan diri kita dalam menerima intuisi, inisiasi, waranugraha dari Hyang Widhi yang nantinya akan kita pakai untuk melaksanakan Dharma. Sampian peras termasuk sampian metangga memiliki sisiknya 8 dibawah dan diatas memakai reringgitan, Sedangkan yg dibawahnya memakai seriuk, diantara bidang bawah dan bidang atas memiliki tangga terdiri dari 4 buah lidi,dengan isernya purwa daksina arah jarum jam, dengan demikian sampian peras memiliki makna sebagai berikut, memiliki sisiknya 8 sebagai simbol 8 kemaha kemuliaan hyang widhi astaaiswarya, memiliki iseh kekanan mengandung simbol tujuan menuju alam suniaamerta, memiliki 4 tangkai lidi sebagai tangganya adalah merupakan simbol kekuatan ajaran catur yoga,dalam arti untuk mencari alam suniaamerta, sesungguhnya dengan cara menyatukan pelaksanaan arti ajaran catur yoga yaitu -ajaran

Apa itu banten ajuman (Sodaan) ?

AJUMAN (SODAAN) Ajuman disebut juga soda (sodaan) dipergunakan tersendiri sebagai persembahan ataupun melengkapi daksina suci dan lain-lain. Bila ditujukan kehadapan para leluhur, salah satu peneknya diisi kunir ataupun dibuat dari nasi kuning, disebut “perangkat atau perayun” yaitu jajan serta buah-buahannya di alasi tersendiri, demikian pula lauk pauknya masing-masing dialasi ceper /ituk-ituk, diatur mengelilingi sebuah penek yang agak besar. Di atasnya diisi sebuah canang pesucian, canang burat wangi atau yang lain. Fungsi : Sarana yang dipakai untuk memuliakan Hyang Widhi (ngajum, menghormat, sujud kepada Hyang Widhi). Dalam mempersembahkan banten Soda/Ajuman ini bisa berdiri sendiri, atau dipersembahkan bersama kedalam suatu banten tertentu, misalnya untuk melengkapi banten pejati, menjadi bagian dalam banten ayaban tumpeng lima, tumpeng pitu, dan sorohan banten lainnya. Mantra: Saat menghaturkan banten Soda/Ajuman dapat menggunakan mantra  "Om Atma tatwatma suddh