MEJAUMAN
Mejauman adalah tradisi
mepamit yang dilakukan oleh
calon mempelai istri (atau
pradhana) di sanggah kemulan
rumah asal pada saat upacara
pawiwahan berlangsung.
Mejauman memiliki nilai
kesakralan yang sangat penting
dalam pernikahan umat
Hindu Bali, karena Mejauman
merupakan simbol resminya
pernikahan secara sekala dan
niskala.
Mejauman berasal dari akar
kata "jaum" yang dalam Bahasa
Indonesia-nya adalah "jarum".
Jaum/jarum identik digunakan
untuk merajut/menjarit, dalam
hal ini memiliki makna bahwa
sebuah pernikahan harus dirajut,
disatukan dan dirangkai.
Yang menjadi harapan dari
upacara Mejauman adalah
terjadinya hubungan yang
erat antara kedua belah pihak
keluarga pengantin. Selain itu
Mejauman merupakan sebuah
upacara yang memiliki makna
sebagai bentuk puji syukur yang
dihaturkan kepada Bhatara
Guru dan para Leluhur dari
pihak pengantin pradhana dan
memohon doa restu agar rumah
tangga sang pengantin selalu
dilindungi dan diberkati.
Hal ini sesuai dengan Puja atau
Sesontengan Pemangku ketika
nganteb prosesi Mejauman
tersebut:
"OM Ngastuti Pakulun Paduka
Bhatara Guru, Bhatara Hyang,
Bhatara Kawitan, Niki Sentanan
Paduka Bhatara Sampun
Puput Kawentening Yadnya
Mabiyakala, Ipun Rauh Tangkil
Nyakupan Tangan Sareng Kalih,
Mangda Ledang Paduka Bhatara
Guru, Bhatara Hyang, Bhatara
Kawitan Nedunin Waranugraha,
Mewastu lpun Prasida Becik
Ngemanggihang Karahayuan
Kahuripan Ipun Makurenan,
Mangdane Prasida Ngewentenin
Putra Sane Suputra".
Dari makna Mejauman dan Puja/
Sesontengan tersebut, tidak ada
istilah Mepamit kepada leluhur
yang menyebabkan di kemudian
hari tidak boleh lagi ngaturang
sembah (sembahyang) di
Merajan pihak pengantin
pradhana.
Komentar
Posting Komentar