Langsung ke konten utama

Apa sih makna Udeng ?

                               UDENG

Udeng bukan sekadar penutup
kepala bagi masyarakat Bali.
Dalam sebuah udeng, sejatinya
kita bisa belajar tentang banyak
hal. Udeng dipakai oleh kaum
laki-laki Bali dan tak hanya
digunakan oleh orang dewasa.
Anak laki-laki juga kerap terlihat
mengenakan ikat kepala khas
Bali ini. Udeng dipakai tak hanya
oleh mereka dari kelompok kaya,
tetapi juga oleh warga kalangan
menengah ke bawah.
Udeng terbuat dari kain
berukuran panjang 50 sentimeter
dan cara pembuatannya juga tak
bisa dilakukan sembarangan
Tidak setiap orang bisa membuat
udeng. Perlu keahlian khusus
untuk membuatnya seningga
tampak apik dan sesuai dengan
makna udeng itu sendiri. Udeng
di Bali bisa ditemui dengan
beragam corak dan bentuk.
Ada udeng warna putih, hitam,
ataupun bermotif batik.
udeng memiliki simbol
Ketuhanan orang Bali yang
menyatukan Tri Murti dalam
simpul "nunggal".
Tarikan ujung kain kanan
melambangkan Wisnu,
Tarikan ujung kain kiri
melambangkan Brahma,
Ujung kain di atas yang ditarik
ke bawah melambangkan Siwa,
Artinya orang bali men-Tuhan kan
Tri Murti sebagai satu kesatuan
yang utuh dalam perlambang
udeng yang digunakan. Dengan
menggunakan udeng secara
garis besarnya disebutkan
hendaknya kita selalu berbuat
yang baik sehingga nantinya
kita dapat bersatu dengan-Nya
(Moksa).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa perbedaan Pandita dan Pinandita ?

PERBEDAAN PANDITA DAN PINANDITA Pandita dan Pinandita secara umum dikenal dengan nama orang suci, Yaitu seseorang yang memiliki kewajiban untuk melaksanakan upacara baik dalam skala besar maupun skala kecil.. Orang suci juga dapat diartikan sebagai orang yang mampu menerima getaran-getaran gaib, memiliki mata batin dan dapat memancarkan kewibawaan rohani, serta dapat mewujudkan ketenangan dan penuh welas asih yang di sertai kemurnian lahir dan batin dalam mengamalkan ajaran agama. Apa yang membedakan Pandita dan Pinandita??? Pengertian Pandita Pandita adalah golongan orang suci yang telah dwijati yaitu orang suci yang melakukan penyucian diri tahap lanjut atau madiksa.  Orang yang telah melaksanakan proses madiksa disebut orang yang lahir dua kali.  Kelahiran yang pertama dari kandungan ibu, sedangkan kelahiran kedua dari kaki seorang guru rohani (Dang Acarya) atau Nabe dan  Setelah melakukan proses madiksa, orang suci tersebut diberi gelar Sulinggih atau Pandita.. Pandita

Apa makna sampian peras ?

                        SAMPIAN PERAS  Sampian peras; terbuat dari empat potong janur dibentuk menyerupai parabola di atasnya, merupakan lambang dari kesiapan diri kita dalam menerima intuisi, inisiasi, waranugraha dari Hyang Widhi yang nantinya akan kita pakai untuk melaksanakan Dharma. Sampian peras termasuk sampian metangga memiliki sisiknya 8 dibawah dan diatas memakai reringgitan, Sedangkan yg dibawahnya memakai seriuk, diantara bidang bawah dan bidang atas memiliki tangga terdiri dari 4 buah lidi,dengan isernya purwa daksina arah jarum jam, dengan demikian sampian peras memiliki makna sebagai berikut, memiliki sisiknya 8 sebagai simbol 8 kemaha kemuliaan hyang widhi astaaiswarya, memiliki iseh kekanan mengandung simbol tujuan menuju alam suniaamerta, memiliki 4 tangkai lidi sebagai tangganya adalah merupakan simbol kekuatan ajaran catur yoga,dalam arti untuk mencari alam suniaamerta, sesungguhnya dengan cara menyatukan pelaksanaan arti ajaran catur yoga yaitu -ajaran

Apa itu banten ajuman (Sodaan) ?

AJUMAN (SODAAN) Ajuman disebut juga soda (sodaan) dipergunakan tersendiri sebagai persembahan ataupun melengkapi daksina suci dan lain-lain. Bila ditujukan kehadapan para leluhur, salah satu peneknya diisi kunir ataupun dibuat dari nasi kuning, disebut “perangkat atau perayun” yaitu jajan serta buah-buahannya di alasi tersendiri, demikian pula lauk pauknya masing-masing dialasi ceper /ituk-ituk, diatur mengelilingi sebuah penek yang agak besar. Di atasnya diisi sebuah canang pesucian, canang burat wangi atau yang lain. Fungsi : Sarana yang dipakai untuk memuliakan Hyang Widhi (ngajum, menghormat, sujud kepada Hyang Widhi). Dalam mempersembahkan banten Soda/Ajuman ini bisa berdiri sendiri, atau dipersembahkan bersama kedalam suatu banten tertentu, misalnya untuk melengkapi banten pejati, menjadi bagian dalam banten ayaban tumpeng lima, tumpeng pitu, dan sorohan banten lainnya. Mantra: Saat menghaturkan banten Soda/Ajuman dapat menggunakan mantra  "Om Atma tatwatma suddh