Langsung ke konten utama

Apa sih makna Memunjung ?

                   MEMUNJUNG

Memunjung merupakan bagian dari konsep ‘Pitra Puja’ atau penghormatan terhadap orang yang telah meninggal dunia.

Memunjung itu pun tergantung konsep yang kita laksanakan.

Jika konsepnya ‘mekingsan ring pertiwi’ atau dikubur, kita wajib memunjung.

Biasanya hal ini dilakukan dalam hari-hari tertentu atau ketika menggelar upacara besar.

Dalam masa mekingsan ring pertiwi atau sebelum dilaksanakan ritual pengabenan, atmawedana hingga ngerorasin terhadap yang meninggal ini, maka diyakini rohnya itu masih berada di bawah kendali Sang Hyang Prajapati.

Itu artinya, roh orang tersebut masih berada di sekitar tempat jasadnya dikubur, sembari menantikan keluarga atau pretisentana menyelesaikan urusannya di dunia ini atau diupacarai.

“Roh yang belum dilakukan upacara penyucian yang disebut dengan samskara atau sinangaskara, masih terikat dengan jasadnya. Walaupun jasadnya sudah hancur,”

Dalam lontar dikatakan, ‘Kewale wonge mati bener, geseng juga pramangkin yadiastun tanpa bia,” artinya, apabila orang mati wajar, jangan dikubur, segeralah diaben.

Tapi orang yang meninggal tak wajar juga sekarang  bisa langsung diaben atau dikremasi, tapi dengan bebantenan khusus.

 Apa yang mendasari orang meninggal harus segera diupacarai? Hal ini tak terlepas dari teori energi.

Dalam teori energi, jasad dikatakan sebagai benda. Dan, setiap benda pasti menghasilkan energi. 

Dalam hal ini, energi yang dihasilkan oleh sebuah jasad yang belum diupacarai adalah energi saptapetala (lapisan bawah).

Karena belum dilakukan penyucian terhadap jasad tersebut, maka energi yang dihasilkan jasad itu bisa berbentuk negatif.

Jika dalam masa ini, pretisentana atau keluarganya tidak memperlakukan orang yang telah meninggal ini secara baik, seperti tertuang dalam konsep ‘pitra puja’, atau jasadnya tidak kunjung diupacarai, maka energi tersebut akan mengganggu atau menghantui dalam wujud bhuta cuwil.

Karena itu, kalau bisa, setiap orang yang meninggal harus langsung diupacarai. Namun jika mekingsan ring pertiwi, maka pretisentana atau keluarganya harus memunjung.

Lalau bagaimana jika anaknya ada di luar kota, sehingga tidak bisa memunjung?

Maka, solusi satu-satunya adalah langsung mengupacarai jasad tersebut. Baik dalam bentuk ngaben atau dikremasi di krematorium.

Namun perlu diketahui, meskipun sudah diaben, tetapi rohnya belum melinggih di rong telu, sehingga keluarga tetap memunjung.

Akan tetapi, memunjung tidak lagi di kuburan, melainkan di bale dangin atau bale semanggen maupun bale delod sesuai desa kala patra. Sebab, siapa tahu roh leluhurnya pulang.

Karena bagaimanapun, meskipun sudah meninggal, memori roh tetap terikat pada badan kasarnya




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa perbedaan Pandita dan Pinandita ?

PERBEDAAN PANDITA DAN PINANDITA Pandita dan Pinandita secara umum dikenal dengan nama orang suci, Yaitu seseorang yang memiliki kewajiban untuk melaksanakan upacara baik dalam skala besar maupun skala kecil.. Orang suci juga dapat diartikan sebagai orang yang mampu menerima getaran-getaran gaib, memiliki mata batin dan dapat memancarkan kewibawaan rohani, serta dapat mewujudkan ketenangan dan penuh welas asih yang di sertai kemurnian lahir dan batin dalam mengamalkan ajaran agama. Apa yang membedakan Pandita dan Pinandita??? Pengertian Pandita Pandita adalah golongan orang suci yang telah dwijati yaitu orang suci yang melakukan penyucian diri tahap lanjut atau madiksa.  Orang yang telah melaksanakan proses madiksa disebut orang yang lahir dua kali.  Kelahiran yang pertama dari kandungan ibu, sedangkan kelahiran kedua dari kaki seorang guru rohani (Dang Acarya) atau Nabe dan  Setelah melakukan proses madiksa, orang suci tersebut diberi gelar Sulinggih atau Pandita.. Pandita

Apa makna sampian peras ?

                        SAMPIAN PERAS  Sampian peras; terbuat dari empat potong janur dibentuk menyerupai parabola di atasnya, merupakan lambang dari kesiapan diri kita dalam menerima intuisi, inisiasi, waranugraha dari Hyang Widhi yang nantinya akan kita pakai untuk melaksanakan Dharma. Sampian peras termasuk sampian metangga memiliki sisiknya 8 dibawah dan diatas memakai reringgitan, Sedangkan yg dibawahnya memakai seriuk, diantara bidang bawah dan bidang atas memiliki tangga terdiri dari 4 buah lidi,dengan isernya purwa daksina arah jarum jam, dengan demikian sampian peras memiliki makna sebagai berikut, memiliki sisiknya 8 sebagai simbol 8 kemaha kemuliaan hyang widhi astaaiswarya, memiliki iseh kekanan mengandung simbol tujuan menuju alam suniaamerta, memiliki 4 tangkai lidi sebagai tangganya adalah merupakan simbol kekuatan ajaran catur yoga,dalam arti untuk mencari alam suniaamerta, sesungguhnya dengan cara menyatukan pelaksanaan arti ajaran catur yoga yaitu -ajaran

Apa itu banten ajuman (Sodaan) ?

AJUMAN (SODAAN) Ajuman disebut juga soda (sodaan) dipergunakan tersendiri sebagai persembahan ataupun melengkapi daksina suci dan lain-lain. Bila ditujukan kehadapan para leluhur, salah satu peneknya diisi kunir ataupun dibuat dari nasi kuning, disebut “perangkat atau perayun” yaitu jajan serta buah-buahannya di alasi tersendiri, demikian pula lauk pauknya masing-masing dialasi ceper /ituk-ituk, diatur mengelilingi sebuah penek yang agak besar. Di atasnya diisi sebuah canang pesucian, canang burat wangi atau yang lain. Fungsi : Sarana yang dipakai untuk memuliakan Hyang Widhi (ngajum, menghormat, sujud kepada Hyang Widhi). Dalam mempersembahkan banten Soda/Ajuman ini bisa berdiri sendiri, atau dipersembahkan bersama kedalam suatu banten tertentu, misalnya untuk melengkapi banten pejati, menjadi bagian dalam banten ayaban tumpeng lima, tumpeng pitu, dan sorohan banten lainnya. Mantra: Saat menghaturkan banten Soda/Ajuman dapat menggunakan mantra  "Om Atma tatwatma suddh