Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Apa sih makna Memunjung ?

                   MEMUNJUNG Memunjung merupakan bagian dari konsep ‘Pitra Puja’ atau penghormatan terhadap orang yang telah meninggal dunia. Memunjung itu pun tergantung konsep yang kita laksanakan. Jika konsepnya ‘mekingsan ring pertiwi’ atau dikubur, kita wajib memunjung. Biasanya hal ini dilakukan dalam hari-hari tertentu atau ketika menggelar upacara besar. Dalam masa mekingsan ring pertiwi atau sebelum dilaksanakan ritual pengabenan, atmawedana hingga ngerorasin terhadap yang meninggal ini, maka diyakini rohnya itu masih berada di bawah kendali Sang Hyang Prajapati. Itu artinya, roh orang tersebut masih berada di sekitar tempat jasadnya dikubur, sembari menantikan keluarga atau pretisentana menyelesaikan urusannya di dunia ini atau diupacarai. “Roh yang belum dilakukan upacara penyucian yang disebut dengan samskara atau sinangaskara, masih terikat dengan jasadnya. Walaupun jasadnya sudah hancur,” Dalam lontar dikatakan, ‘Kewale wonge mati bener, geseng juga pramangkin

Apa sih makna Banyu Pinaruh ?

              BANYU PINARUH Banyu Pinaruh adalah upacara yadnya yang dilakukan sehari setelah hari raya saraswati, yang bertujuan untuk pembersihan dan kesucian diri. Banyu Pinaruh yang berasal kata dari Banyu berarti air,  Pinaruh atau Pengeruwuh berarti pengetahuan  yang pada hari ini secara nyata umat membersihkan badan dan keramas pada sumber - sumber air atau di laut. Akan tetapi prosesi bermakna untuk membersihkan kegelapan pikiran yang melakat pada tubuh manusia, dengan ilmu pengetahuan atau mandi dengan ilmu pengetahuan. Pelaksanaan dan tetandingan banten disebutkan dalam babad bali, banyu pinaruh (pina wruh) dina redite / minggu paing wuku sinta. Asucilaksana. pelaksanaannya, di pagi hari umat asucilaksana (mandi, keramas dan berair kumkuman). Upakara, (tetandingan banten), diaturkan  labaan nasi pradnyan,  jamu sad rasa dan air kumkuman.  Setelah diaturkan pasucian / kumkuman labaan dan jamu,  dilanjutkan dengan nunas kumkuman,  muspa atau sembahyang,  matirta,  n

Apa sih Makna Banten Saraswati ?

BANTEN SARASWATI Hari saraswati sering disebut sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan suci. Sehingga kita menghaturkan banten Saraswati. Nah adapun Banten Saraswati terdiri dari: daksina, beras wangi dilengkapi dengan air kumkuman yang diaturkan pada pustaka-pustaka suci.  Dalam banten Saraswati tersebut, disertakan jaja cacalan (kue dari beras) yang berbentuk cecek (cicak dalam bahasa Indonesia) sebagai simbol Saraswati. Ada beberapa pemikiran tentang dipakainya cecek atau cicak. Kalangan arkeolog dan antropolog memaknainya sebagai binatang yang punya daya magis, mampu menangkap getaran alam, juga dianggap sebagai perwujudan dari leluhur. Kalangan peneliti bahasa menganggapnya sebagai cecek atau dalam bahasa indonesianya titik, yang merupakan akhir dari sebuah kalimat. Menurut kalangan ini, titik inilah yang menjadi awal, dan tempat bertemunya titik-titik (tanpa putus) adalah pada bilangan nol (lingkaran). Jadi di sini ditafsirkan bahwa binatang cicak/cecek hanya berfungsi

Makna dan fungsi Benang Tri Datu

                  BENANG TRI DATU Agama Hindu memiliki banyak simbol dalam menjalankan agamanya. misalnya seperti penggunaan benang Tri Datu sebagai gelang. Bagi umat Hindu, benang Tri Datu atau yang sering disebut Sri Datu, berasal dari dua kata yakni kata tri yang berarti tiga, dan datu yang berarti kekuatan, jadi Tri Datu berarti tiga kekuatan. Tiga kekuatan yang di maksud adalah kekuatan dari tiga Dewa utama dalam agama Hindu, yakni Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa. Tri Datu memiliki tiga warna yakni merah, putih dan hitam yang menjadi lambang tiga kekuatan. Dewa Brahma dengan aksara suci Ang, memiliki urip 9 dengan sakti Dewi Saraswati, disimbolkan dengan warna merah. Dewa Wisnu dengan aksara suci Ung, memiliki urip 4 dengan sakti Dewi Sri, dengan simbol warna hitam. Dewa Siwa dengan aksara suci Mang, memiliki urip 8 dengan sakti Dewi Durga, disimbolkan dengan warna putih. Ketiga aksara ini yaitu Ang, Ung, Mang bila disatukan akan menjadi aksara AUM yang bila diu

Apa sih makna Kwangen ?

                           KWANGEN Dalam lontar Siwagama disebutkan bentuk kwangen sebagai simbol "om kara" dalam bentuk upakara, Kwangen memiliki bentuk yang kecil, yaitu bagian bawah lancip dan bagian atas mekar seperti bunga yang sedang kembang.  Kewangen terdiri dari beberapa unsur, yaitu : Kojong, biasanya dibuat dari daun pisang yang dibuat sedemikian rupa sehingga berbentuk kojong.  kojong ini apabila kita tekan sampai lempeh maka akan berbentuk segitiga, maka kojong tersebutkan menyimbolkan angka tiga huruf bali (Ongkara Bali). Pekir, dibuat sedemikian rupa menyerupai hiasan kepala dari tarian janger.  Pekir ini dibuat dengan janur dengan bentuk yang bermacam-macam tergantung dari seninya yang membuat.  ini merupakan simbol Ulu Ardha Candra dan Nada. Uang Kepeng (pipis bolong), merupakan simbol Windu. perlu ditekankan disini, apabila menggunakan uang kertas yang di plintir maka akan mengurangi arti dan makna yang ada. porosan, ditempatkan di dalam kojong t

Apa sih makna Melukat ?

                           MELUKAT  lokasi : Pura Beji Selati, Bangli (Google maps ada ) Apa sih makna melukat ? Upacara Melukat merupakan salah satu tradisi umat Hindu Bali yang masih berlangsung secara turun-temurun sampai saat ini. Sesuai dengan kepercayaan umat Hindu Bali, Melukat adalah upacara pembersihan pikiran dan jiwa secara spiritual dalam diri manusia. Melukat berasal dari bahasa Bali, yakni sulukat, su yang berarti 'baik' dan lukat artinya 'pensucian'. Adapun sarana melukat pada umumnya dengan menghaturkan pejati dan canang sari Upacara Melukat dipimpin oleh seorang pemangku yang merupakan pemimpin upacara keagamaan agama Hindu. Beliau akan memberikan arahan, tata cara, dan memimpin upacara sesuai dengan tempat kita melukat Namun kadang-kadang melukat juga dilakukan sendiri-sendiri, tergantung tempat dan situasi. Kalau sendiri bisa dimulai dengan sembahyang dulu di dekat mata air atau pelinggih, untuk mohon pensucian agar air tersebut diberi day

Makna Pelangkiran di kamar tidur

        PELANGKIRAN DI KAMAR TIDUR Dalam lontar Aji Maya Sandhi disebutkan ketika manusia sedang tidur maka Kanda Pat itu keluar dari tubuh manusia dan bergentayangan, ada yang duduk di dada, di perut, di tangan dsb. sehingga mengganggu tidur manusia; oleh karena itu perlu dibuatkan pelangkiran untuk stananya agar mereka dapat melaksanakan tugas sebagai penunggu urip. . Jika itu dilaksanakan maka manusia akan tidur dengan tenang dan nyenyak karena sudah ada yang menjaga dari segala bentuk gangguan roh jahat. . pelangkiran dari kayu di atas tempat tidur, sebagai stana Kandapat, sedangkan Kandapat diwujudkan dalam bentuk daksina lingga, yakni sebuah daksina yang dibungkus dengan kain putih/kuning. Kemudian dihaturi banten tegteg-daksina-peras-ajuman (pejati) dan setiap bulan purnama dibaharui/diganti, daksina lingganya tidak perlu diganti (biarkan selamanya di situ) . Setiap hari dihaturi banten saiban/jotan . Setiap mau meninggalkan rumah pamit ke Kandapat dan pulangnya memb

Makna Otonan dalam Hindu

                                OTONAN Otonan salah satu bagian upacara Manusia Yadnya, yang tujuanya untuk memperingati hari kelahiran manusia bagi umat Hindu di Bali, prosesi tersebut bertujuan untuk kemuliaan dan persembahan kesucian lahir dan bathin seorang manusia, persembahan tersebut dilakukan setiap 6 bulan sekali (210 hari). Bali terutama dengan keberadaan umat Hindu memiliki sejumlah upacara atau persembahan, yang dikenal dengan sebutan Panca Yadnya, yaitu 5 persembahan suci yang tulus iklas, persembahan tersebut ditujukan kepada lda sang Hyang Widi, para leluhur, kepada para Rsi atau guru, persembahan untuk kesucian lahir batin Manusia dan persembahan kepada para Bhuta kala dan makhluk bawahan. Dan salah satu bagian kecil dari upacara tersebut adalah otonan, yang merupakan bagian dari persembahan untuk kesucian manusia termasuk dalam upacara Manusia Yadnya. Upacara persembahan untuk kesucian lahir dan bathin bagi manusia yang hidup didunia ini, ada beberapa macam

Apa sih makna Udeng ?

                               UDENG Udeng bukan sekadar penutup kepala bagi masyarakat Bali. Dalam sebuah udeng, sejatinya kita bisa belajar tentang banyak hal. Udeng dipakai oleh kaum laki-laki Bali dan tak hanya digunakan oleh orang dewasa. Anak laki-laki juga kerap terlihat mengenakan ikat kepala khas Bali ini. Udeng dipakai tak hanya oleh mereka dari kelompok kaya, tetapi juga oleh warga kalangan menengah ke bawah. Udeng terbuat dari kain berukuran panjang 50 sentimeter dan cara pembuatannya juga tak bisa dilakukan sembarangan Tidak setiap orang bisa membuat udeng. Perlu keahlian khusus untuk membuatnya seningga tampak apik dan sesuai dengan makna udeng itu sendiri. Udeng di Bali bisa ditemui dengan beragam corak dan bentuk. Ada udeng warna putih, hitam, ataupun bermotif batik. udeng memiliki simbol Ketuhanan orang Bali yang menyatukan Tri Murti dalam simpul "nunggal". Tarikan ujung kain kanan melambangkan Wisnu, Tarikan ujung kain kiri melambangkan Brahma, U

Apa makna Tetabuh Arak Berem ?

                    TETABUH ARAK BEREM Kenapa menggunakan Arak dan Berem? Kenapa tidak memakai yang lain? Kadang-kadang memakai Simbol ini pun warga Hindu Bali banyak yang belum memahaminya, hanya ikut-ikutan saja. Berikut ini adalah sedikit penjelasan tentang maksud dan makna arak berem sebagai sarana pengastawa ke hadapan Sang Hyang Widhi. Tetabuhan (petabuhan) Arak Berem I disebutkan makna simbol dari Arak/Tuak Beremn dalam persembahyangan, upacara yadnya dan tetandingan banten umat Hindu Bali sebagai sarana pengastawa dengan simbol Ang Ah kehadapan Sang Hyang Widhi. Arak/Tuak merupakan simbol dari aksara suci "Ah-kara", sedangkan Berem adalah simbol dari aksara suci "Ang-kara". Hal ini terkait mantra pengastawa sehubungan dengan Tri Kona dengan menggunakan dasar dari sastra Rwa Bhineda sebagai berikut 1. Utpeti (Pengastawa/Ngajum/ Puja); memohon kehadapan Sang Hyang Widhi agar Beliau berkenan kontak dengan manusia melalui manifestasiNya sesuai dengan

Apa sih makna Banten Saiban ?

                       BANTEN SAIBAN Yadnya sesa atau mebanten saiban merupakan penerapan dari ajaran kesusilaan Hindu, yang menuntut umat untuk selalu bersikap anersangsya yaitu tidak mementingkan diri sendii dan ambeg para mertha yaitu mendahulukan kepentingan di luar diri. Pelaksanaan yadnya sesa merupakan bahwa manusia setelah selesai memasak wajib memberikan persembahan berupa makanan, karena makanan merupakan sumber kehidupan di dunia ini. Biasanya banten saiban dihaturkan menggunakan daun pisang yang diisi nasi, garam dan lauk pauk yang disajikan sesuai dengan apa yang dimasak hari itu, tidak ada keharusan untuk menghaturkan lauk tertentu. Tujuannya mesaiban yaitu sebagai wujud syukur atas apa yang di berikan Hyang Widhi kepada kita. Sebagaimana diketahui bahwa yadnya sebagal sarana untuk menghubungkan diri dengan Sang Hyang Widhi Wasa untuk memperoleh kesucian jiwa, tidak saja kita menghubungkan diri dengan Tuhan, juga dengan manifestasi- Nya dan makhluk ciptaan-Nya

Apa sih makna Tumpek Wayang ?

                 TUMPEK WAYANG Tumpek Wayang adalah rangkaian dari hari suci Tumpek yang jatuh setiap 6 bulan sekali (210 hari) . Di hari suci ini, umat Hindu akan melaksanakan upacara yang ditujukan kehadapan Tuhan sebagai manisfestasinya sebagai Dewa Cuaca (Dewa Iswara) untuk memohon keselamatan dan kerahayuan umat. Tumpek Wayang juga bermakna dengan hari kesenian karena di hari ini dipercayai sebagai hari lahirnya berbagai jenis alat kesenian seperti: gong, gender, wayang, barong dan sebagainya.  Tumpek Wayang merupakan cerminan dimana dunia diliputi hal-hal yang negatif. Manusia akan diliputi oleh kegelapan, kebodohan, keangkuhan dan keangkaramurkaan sehingga Dewa Siwa akan mengutus Sanghyang Samirana untuk turun ke dunia dan akan menjadi seorang mediator untuk memberikan kekuatan positif kepada manusia untuk menjalankan aktivitasnya. Mediator ini kita kenal sebagai Dalang.  Dewa Iswara juga akan memberikan kekuatan kepada seorang dalang yang disebut dengan taksu. Denga

Makna Tirta dan Bija

                  TIRTA DAN BIJA Wija atau bija adalah lambang Kumara, yaitu putra atau wija Bhatara Siwa. Pada hakekatnya yang dimaksud dengan Kumara adalah benih ke-Siwa-an/ Kedewataan yang bersemayam dalam diri setiap orang. Mawija mengandung makna menumbuh- kembangkan benih ke-Siwa- an itu dalam diri seseorang. Sehingga disarankan agar dapat menggunakan beras galih yaitu beras yang utuh, tidak patah (aksata). Alasan ilmiahnya adalah beras yang pecah atau terpotong tidak akan bisa tumbuh. Jadi makna dari penggunaan Bija dalam persembahyangan ialah untuk menumbuh kembangkan sifat Kedewataan/ Ke-Siwa-aan/ sifat Tuhan dalam diri. Seperti yang disebutkan dalam Upanisad bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu tidak berada di surga atau di dunia tertinggi melainkan ada pada setiap ciptaan-Nya. Ada lima titik peka untuk menerima rangsangan kedewataan yang disebut Panca Adisesa yakni titik-titik berikut ini 1. Di pusar yang disebut titik manipura cakra. 2. Di hulu

Apa sih makna melaspas ?

                  MELASPAS Pemelaspasan / Melaspas adalah upacara pembersihan dan penyucian bangunan yang baru selesai dibangun atau baru ditempati lag, seperti rumah, kantor, toko dan lain sebagainya. Kata melaspas berasal dari bahasa Bali yang terdiri atas dua kata yakni Mlas dan Pas. Mlas artinya pemisah dan Pas artinya cocok. Dari kedua rangkaian kata tersebut, melaspas berarti pembuatan bangunan biasanya terbuat dari dua unsur, yakni kayu dan batu dan apabila disatukan akan berbentuk bangunan cocok dan sangat layak untuk ditempati dan ditinggali. Bagi umat Hindu, upacara ini wajib dilaksanakan dan sudah menjadi tradisi turun- temurun hingga saat ini. Upacara ini digelar agar orang yang akan tinggal di bangunan tersebut merasa aman dan tentram serta betah dan terhindar dari hal-hal yang tidak dinginkan. Sebelum upacara Melaspas, yang dilakukan terlebih dahulu adalah Macaru. Hal ini memiliki tujuan untuk nedunang Bhutakala atau mengundang sang Bhutakala untuk dhaturkan L

Sejarah Pura Tirta Empul

                PURA TIRTA EMPUL Tirta Empul adalah nama sebuah pura yang terletak di kecamatan Tampak Siring. Pura Tirta Empul banyak dikunjungi para wisatawan, baik dari mancanegara maupun wisatawan domestik. Objek wisata Tirta Empul, merupakan salah satu, tempat liburan di Bali yang wajib dikunjungi. Di pura Tirta Empul, terdapat mata air dan juga digunakan oleh masyarakat pemeluk agama Hindu, untuk permandian dan memohon tirta suci. Pura Tirta Empul dibangun disekililing sebuah sumber mata air yang besar pada 962 M selama wangsa Warmadewa oleh raja Sri Candrabhayasingha Warmadewa (dari abad ke-10 hingga ke-14). Nama pura berasal dari sumber mata air tersebut yang dinamakan "Tirta Empul". Mata air tersebut berasal dari sungai Pakerisan. Pura dibagi menjadi 3 bagian; Jaba Pura (halaman depan), Jaba Tengah (halaman tengah) dan Jeroan (halaman dalam). Jaba Tengah terdiri dari 2 kolam dengan 30 pancuran yang diberi nama sebagai berikut: Pengelukatan, Pebersihan, da

Persiapan sebelum sembahyang

       PERSIAPAN SEBELUM SEMBAHYANG Berikut adalah persiapan sebelum melakukan sembahyang: 1. Persiapan Kebersihan Jasmani Menggosok gigi: Om shri bhatari sayoga ya namah svaha - Ya Tuhan, besihkalah gigi hamba dari segala kotoran. Berkumur: Om vaktra suddha mam svaha - Ya tuhan, bersihkalah mulut hamba dari segala kotoran. Mandi: Om parama gangga sarira suddha mam svaha -Ya Tuhan, bersihkanlah seluruh badan hamba dengan air ini dari kotoran. Mencuci tangan: Om Ung Hrah Phat astra ya namah svaha- Ya Tuhan, bersihkanlah tangan hamba dari kotoran. Mencuci kaki: Om Pang pada ya namah svaha - Ya Tuhan, bersihkanlah kaki hamba dari kotoran. Keramas: Om Ghring Siva ya namah svaha - Ya Tuhan, bersihkanlah rambut hamba dari kotoran. Bercermin: Om vesnava ya namah svaha - Ya Tuhan, anugrahkalah sinar kesucian kepada hamba. Bersisir: Om shri dewi byo namah svaha - Ya Tuhan, anugrahkanlah kewibawaan kepada hamba. Mengambil pakaian: Om sarva busana ya namah svaha- Ya Tuahan, sucikanlah

Apa sih makna mejauman ?

                         MEJAUMAN Mejauman adalah tradisi mepamit yang dilakukan oleh calon mempelai istri (atau pradhana) di sanggah kemulan rumah asal pada saat upacara pawiwahan berlangsung. Mejauman memiliki nilai kesakralan yang sangat penting dalam pernikahan umat Hindu Bali, karena Mejauman merupakan simbol resminya pernikahan secara sekala dan niskala. Mejauman berasal dari akar kata "jaum" yang dalam Bahasa Indonesia-nya adalah "jarum". Jaum/jarum identik digunakan untuk merajut/menjarit, dalam hal ini memiliki makna bahwa sebuah pernikahan harus dirajut, disatukan dan dirangkai. Yang menjadi harapan dari upacara Mejauman adalah terjadinya hubungan yang erat antara kedua belah pihak keluarga pengantin. Selain itu Mejauman merupakan sebuah upacara yang memiliki makna sebagai bentuk puji syukur yang dihaturkan kepada Bhatara Guru dan para Leluhur dari pihak pengantin pradhana dan memohon doa restu agar rumah tangga sang pengantin selalu dilindungi