Langsung ke konten utama

Pemujaan Bhatara Sri Sedana

                    BHATARA SRI SEDANA

Merupakan simbol bersatunya
dualisme, purusa dan predana.
Bhatara Sri Sedana, sering juga
disebut dengan Sri Sadhana
atau Sridhana, Rambut Sedana,
merupakan 2 sosok personifikasi
dari hyang widhi yaitu Dewi
Sri dan Dewa Sedhana yang
diyakini memberikan "taksu"
kepada umat dalam hal rejeki,
sehingga beliau dipuja oleh para
pelaku ekonomi dan bisnis, baik
pedagang maupun pengusaha.
Beliau merupakan Dewa
Kekayaan, Dewa kemakmuran,
kemurnian, dan kedermawanan
selalu dihubungkan dengan Dewi
Laksmi.

Bhatara Sri Sedana juga dipuja
sebagai "Dewi Kesejahteraan"
yang menganugerahkan harta
kekayaan, emas-perak (sarwa
mule), permata dan uang (dana)
kepada manusia. Kegiatan
peringatan hari turunnya "Sri
Sedana" yang lazim disebut
"Rambut Sedana" jatuh pada
Budha Wage Kelawu (Buda
Cemeng) merupakan odalan
bagi uang maupun nafkah yang
telah dianugerahkan Tuhan Yang
Mahaesa kepada umat Manusia.
Bhatari Sri atau Dewi Shri
merupakan dewi kemakmuran,
dimana Sri secara umum
diartikan dengan awal,
kehidupan, kebahagiaan.
sehingga dewi Sri diidentikan
dengan sumber makanan,
sehingga beliau dijadikan dewi
Pertanian, dewinya padi, dewi
sawah dan dewi kesuburan.

Bhatara Sedana atau Dewa
Sadhana merupakan dewa
Keberlimpahan, Dewanya
uang dan kekayaan. sedana
memiliki akar kata "se + dhana".
Se artinya satu atau tunggal
sedangkan "dhana" artinya
uang, materi, harta, kekayaan,
sumber nafkah. sehingga sedana
merupakan sumber tunggal dari
harta benda atau nafkah.
Ida Bhatara Sri Sedana dalam
Pembagian Pura Kahyangan
Jagat, Beliau berstana di Pura
Goa Raja, Besakih. Pura Goa
Raja memiliki keunikan yakni
sebuah goa di pinggir sungai
kecil bekas aliran lahar Gunung
Agung saat meletus pada 1963.
Goa batu berukuran besar di
kompleks Pura tersebut secara
tradisi diyakini umat Hindu,
hilirnya tembus ke Pura Goa
Lawah di Kabupaten Klungkung
dan hulunya tembus ke Gunung
Agung, gunung tertinggi di Pulau
Bali.

Pura berfungsi sebagai titik
sentral tempat pemujaan Hyang
Widhi sebagai penganugerah
kerahayuan (keselamatan) dan
kesejahteraan umat manusia.
Salah satu pelinggih, di Pura ini
adalah tempat untuk memuja lda
Betara Sri Sedana atau Rambut
Sedana yang diyakni umat Hindu
dapat memberikan kesejahteraan
kepada umat manusia.
Perayaan Rairan/Hari Raya
Suci/Piodalan Sri Sedana
atau lazimnya sering disebut
Rambut Sedana dilakukan di
setiap rumah tangga dan Pura di
lingkungan desa adat. Sehingga
di Bali perayaan Ritual dan
Piodalan lda Bhatari Rambut
Sedana tidak hanya dilaksanakan
di Pura Goa Raja, namun di
dapat juga dilaksanakan di
Sanggah atau Merajan atau Pura
tertentu di masing-masing Desa
Pekraman di Bali sesuai Desa
Kala Patra.

Dalam Sanggah/Pemerajan
Keluarga Besar, Bhatara Sri
Sedana biasanya dibuatkan
Pelinggih Gedong Limas atau
Meru tumpang kalih (dua), di
sisi uttara atau sejajar Pelinggih
Taksu, sedangkan di setiap Pasar
Beliau distanakan di huluning
pasar. Demikian Sekilas tentang
Bhatara Sri Sedana, semoga
bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa perbedaan Pandita dan Pinandita ?

PERBEDAAN PANDITA DAN PINANDITA Pandita dan Pinandita secara umum dikenal dengan nama orang suci, Yaitu seseorang yang memiliki kewajiban untuk melaksanakan upacara baik dalam skala besar maupun skala kecil.. Orang suci juga dapat diartikan sebagai orang yang mampu menerima getaran-getaran gaib, memiliki mata batin dan dapat memancarkan kewibawaan rohani, serta dapat mewujudkan ketenangan dan penuh welas asih yang di sertai kemurnian lahir dan batin dalam mengamalkan ajaran agama. Apa yang membedakan Pandita dan Pinandita??? Pengertian Pandita Pandita adalah golongan orang suci yang telah dwijati yaitu orang suci yang melakukan penyucian diri tahap lanjut atau madiksa.  Orang yang telah melaksanakan proses madiksa disebut orang yang lahir dua kali.  Kelahiran yang pertama dari kandungan ibu, sedangkan kelahiran kedua dari kaki seorang guru rohani (Dang Acarya) atau Nabe dan  Setelah melakukan proses madiksa, orang suci tersebut diberi gelar Sulinggih atau Pand...

Apa makna sampian peras ?

                        SAMPIAN PERAS  Sampian peras; terbuat dari empat potong janur dibentuk menyerupai parabola di atasnya, merupakan lambang dari kesiapan diri kita dalam menerima intuisi, inisiasi, waranugraha dari Hyang Widhi yang nantinya akan kita pakai untuk melaksanakan Dharma. Sampian peras termasuk sampian metangga memiliki sisiknya 8 dibawah dan diatas memakai reringgitan, Sedangkan yg dibawahnya memakai seriuk, diantara bidang bawah dan bidang atas memiliki tangga terdiri dari 4 buah lidi,dengan isernya purwa daksina arah jarum jam, dengan demikian sampian peras memiliki makna sebagai berikut, memiliki sisiknya 8 sebagai simbol 8 kemaha kemuliaan hyang widhi astaaiswarya, memiliki iseh kekanan mengandung simbol tujuan menuju alam suniaamerta, memiliki 4 tangkai lidi sebagai tangganya adalah merupakan simbol kekuatan ajaran catur yoga,dalam arti untuk mencari alam suniaamerta, sesungguhnya dengan c...

Apa itu banten ajuman (Sodaan) ?

AJUMAN (SODAAN) Ajuman disebut juga soda (sodaan) dipergunakan tersendiri sebagai persembahan ataupun melengkapi daksina suci dan lain-lain. Bila ditujukan kehadapan para leluhur, salah satu peneknya diisi kunir ataupun dibuat dari nasi kuning, disebut “perangkat atau perayun” yaitu jajan serta buah-buahannya di alasi tersendiri, demikian pula lauk pauknya masing-masing dialasi ceper /ituk-ituk, diatur mengelilingi sebuah penek yang agak besar. Di atasnya diisi sebuah canang pesucian, canang burat wangi atau yang lain. Fungsi : Sarana yang dipakai untuk memuliakan Hyang Widhi (ngajum, menghormat, sujud kepada Hyang Widhi). Dalam mempersembahkan banten Soda/Ajuman ini bisa berdiri sendiri, atau dipersembahkan bersama kedalam suatu banten tertentu, misalnya untuk melengkapi banten pejati, menjadi bagian dalam banten ayaban tumpeng lima, tumpeng pitu, dan sorohan banten lainnya. Mantra: Saat menghaturkan banten Soda/Ajuman dapat menggunakan mantra  "Om Atma tatwatma suddh...