Langsung ke konten utama

Apa Makna Tipat Dampulan ?

                MAKNA TIPAT DAMPULAN

Tipat Dampulan merupakan salah
satu tipat yang sangat berkaitan
erat dengan Kajeng Kliwon..
Tipat Dampulan merupakan
sebuah Tipat yang bentuknya
menyerupai anak penyu (kura-
kura), dibuat sedemikian rupa
sebagai cerminan Sundaram
keindahan) dalam sebuah
upakara.
Makna dari Tipat Dampulan
adalah sebagai simbol sifat
kedewasaan diri dalam menjalani
hidup, segala pengalaman hidup
baik suka maupun duka, manis
maupun pahit, kebahagiaan dan
bahkan kesengsaraan harus
diterima dengan lapang dada.
Kematangan jiwa sangat
dipengaruhi oleh segala usaha
dan keiklasan dalam menerima
dan kesadaran akan hikmah dari
setiap kejadian dalam hidup,
dan semua itu tidak terlepas
dari segala Karma, baik dari
kehidupan saat ini maupun dari
kehidupan sebelumnya.
Semua sifat kedewasaan
tersebut tercermin dari
pengalaman hidup anak penyu
(kura-kura), semenjak masih
berupa telur sudah ditinggalkan
dan menetas sendiri di pesisir
pantai, setelah menetas langsung
berjuang untuk mencapai air,
mencari makan, dan bertumbuh
mandiri.
Pengalaman hidup anak penyu
(kura-kura) tersebut merupakan
lambang kedewasaan dan
kematangan jiwa yang kemudian
dijadikan simbol upakara yang
disebut Tipat Dampulan.

Kenapa Tipat Dampulan
dihaturkan pada saat Kajeng
Kliwon?

Kajeng Kliwon merupakan hari
baik, dimana pada saat Kajeng
Kliwon diyakini Bhatara Siwa
sedang beryoga dan pada saat
Kajeng Kliwon diyakini energi
alam semesta (Bhuwana Agung)
terealisasi ke dalam Bhuwana
Alit.
Selain itu Kajeng Kliwon juga
sangat berkaitan erat dengan
Bhutakala, Bhutakala berasal
dari kata Bhuta yang artinya
pengisi semua ruang yaitu
Panca Mahabhuta, sedangkan
Kala adalah perputaran waktu
sehingga terciptalah kehidupan
di mayapada ini.
Dalam setiap upakara tersirat
permohonan, seperti misalnya
Tipat Dampulan yang memiliki
makna permohonan akan sifat
kedewasaan dan kematangan
jiwa bagi yang menghaturkan dan
keluarganya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa perbedaan Pandita dan Pinandita ?

PERBEDAAN PANDITA DAN PINANDITA Pandita dan Pinandita secara umum dikenal dengan nama orang suci, Yaitu seseorang yang memiliki kewajiban untuk melaksanakan upacara baik dalam skala besar maupun skala kecil.. Orang suci juga dapat diartikan sebagai orang yang mampu menerima getaran-getaran gaib, memiliki mata batin dan dapat memancarkan kewibawaan rohani, serta dapat mewujudkan ketenangan dan penuh welas asih yang di sertai kemurnian lahir dan batin dalam mengamalkan ajaran agama. Apa yang membedakan Pandita dan Pinandita??? Pengertian Pandita Pandita adalah golongan orang suci yang telah dwijati yaitu orang suci yang melakukan penyucian diri tahap lanjut atau madiksa.  Orang yang telah melaksanakan proses madiksa disebut orang yang lahir dua kali.  Kelahiran yang pertama dari kandungan ibu, sedangkan kelahiran kedua dari kaki seorang guru rohani (Dang Acarya) atau Nabe dan  Setelah melakukan proses madiksa, orang suci tersebut diberi gelar Sulinggih atau Pandita.. Pandita

Apa makna sampian peras ?

                        SAMPIAN PERAS  Sampian peras; terbuat dari empat potong janur dibentuk menyerupai parabola di atasnya, merupakan lambang dari kesiapan diri kita dalam menerima intuisi, inisiasi, waranugraha dari Hyang Widhi yang nantinya akan kita pakai untuk melaksanakan Dharma. Sampian peras termasuk sampian metangga memiliki sisiknya 8 dibawah dan diatas memakai reringgitan, Sedangkan yg dibawahnya memakai seriuk, diantara bidang bawah dan bidang atas memiliki tangga terdiri dari 4 buah lidi,dengan isernya purwa daksina arah jarum jam, dengan demikian sampian peras memiliki makna sebagai berikut, memiliki sisiknya 8 sebagai simbol 8 kemaha kemuliaan hyang widhi astaaiswarya, memiliki iseh kekanan mengandung simbol tujuan menuju alam suniaamerta, memiliki 4 tangkai lidi sebagai tangganya adalah merupakan simbol kekuatan ajaran catur yoga,dalam arti untuk mencari alam suniaamerta, sesungguhnya dengan cara menyatukan pelaksanaan arti ajaran catur yoga yaitu -ajaran

Apa itu banten ajuman (Sodaan) ?

AJUMAN (SODAAN) Ajuman disebut juga soda (sodaan) dipergunakan tersendiri sebagai persembahan ataupun melengkapi daksina suci dan lain-lain. Bila ditujukan kehadapan para leluhur, salah satu peneknya diisi kunir ataupun dibuat dari nasi kuning, disebut “perangkat atau perayun” yaitu jajan serta buah-buahannya di alasi tersendiri, demikian pula lauk pauknya masing-masing dialasi ceper /ituk-ituk, diatur mengelilingi sebuah penek yang agak besar. Di atasnya diisi sebuah canang pesucian, canang burat wangi atau yang lain. Fungsi : Sarana yang dipakai untuk memuliakan Hyang Widhi (ngajum, menghormat, sujud kepada Hyang Widhi). Dalam mempersembahkan banten Soda/Ajuman ini bisa berdiri sendiri, atau dipersembahkan bersama kedalam suatu banten tertentu, misalnya untuk melengkapi banten pejati, menjadi bagian dalam banten ayaban tumpeng lima, tumpeng pitu, dan sorohan banten lainnya. Mantra: Saat menghaturkan banten Soda/Ajuman dapat menggunakan mantra  "Om Atma tatwatma suddh