NGAYAH
Kebanyakan orang jika mendengar kata ngayah diidentikan dengan kata gotong royong. Namun ngayah tidaklah sesederhana itu tetapi lebih pada tindakan yang berkaitan dengan kegiatan sosial yang dilandasi oleh hubungan manusia dengan Tuhan-Nya.
Ngayah berasal dari kata ayah (Bahasa Bali) artinya pelayanan (Sewanam). Ngayah merupakan sebuah pelayanan tanpa mengharapkan hasil atau upah namun lebih menekankan pada sebuah pengabdian kepada Sang Pencipta yang didasari rasa tulus ikhlas.
Beberapa kata yang hampir sama mewakili kata ngayah seperti “ ayah, ayahan, pengayah, ngayahang” atau “ ngopin, ngoopin, atau nguopin”. semua kata tersebut memiliki arti yang hampir sama namun berbeda dalam konteks pengunaannya. Ngayah biasanya dikenal pada saat upacara-upacara besar yang diselenggarakan Desa Pakraman atau Krama Desa seperti Piodalan di Pura Kahyangan Tiga. Sedangkan ngopin lebih kepada kegiatan saling membantu sesama kerabat yang memiliki hajatan upacara atau sering disebut menyamabraya.
Di Bali, Kata Ngayah dalam sebuah kajian filosofis disebutkan secara harfiah berarti melakukan pekerjaan tanpa mendapat upah (kamus Bali-Indonesia,1990), yang dilihat dari segi etimologis diadopsi dari konteks politik dan kultur feudal dari zaman raja-raja Bali, yakni dari akar kata “Ayah” yang terpancar dari budaya PURUSAISME atau Patrilineal/Patrirhat, terutama berkaitan dengan sistem pewarisannya. Maka kemudian menjadi “ayahan” yang secara sangat spesifik ialah mengacu pada : Tanah ayahan desa (sebagai bagian integral tanah desa adat) dan konskuensinya.
Komentar
Posting Komentar