Langsung ke konten utama

Mantra dengan berbagai bahasa, apakah salah ?


       MANTRA BERBAGAI BAHASA

Mantra dengan berbagai Bahasa ?

Kata mantra berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri atas
dua fonem yaitu manas dan trayati disingkat menjadi
Mantra. Artinya mengatur atau menyampaikan (trayati) suara
Suara hati nurani (manas) kehadapan Sang Hyang Widhi. 

jika isi hati nurani sudah disampaikan secara murni dan tulus kehadapan
Tuhan atau para Dewata atau para leluhur, maka ucapan itu sudah
dapat dikatakan "memantra."

Karena Tuhan itu Maha tahu, walaupun ucapan
mantra itu disampaikan dengan bahasa apapun, asalkan dengan hati suci
murni, maka Tuhan akan mengetahuinya. 

Apakah dengan bahasa Bali, bahasa Kawi, bahasa Sanskerta atau pun dengan bahasa Indonesia atau mungkin dengan bahasa Inggris, semuanya itu pasti diketahui atau didengar-Nya. 

Ucapan Pemangku dengan bahasa Bali halus disebut meseha." Di Pura-Pura kuno di bahasa Bali, misalnya di Pura Besakih, Batur, Batukaru dan Pulaki,
dulu selalu mempergunakan bahasa Bali halus. 

Kadang-kadang dicampur dengan bahasa Kawi. Sekarang setelah mereka tahu bahasa Sanskerta, dicampur dengan mantra bahasa Sanskerta.
Ietapi pokoknya bahasa apapun boleh. Apalagi mantra yang bisa
nenyentuh hati mereka vang bersembahyang. 

Karena mereka mengerti apa yang diucapkan oleh Pemangku yang mengantebkan bantennya. Hanya orang yang sudah mediksa, sudah medwijati mengalami kelahiran kedua, baru boleh melakukan mudra. 

jadi masih baru mewinten ataupun mewinten agung lebih baik tidak
melakukan mudra.

Rekomendasi Buku :

Order :
Shopee/Tokopedia/Instagram

Whatsapp :
081 805 71 2015
(Sudarma)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa perbedaan Pandita dan Pinandita ?

PERBEDAAN PANDITA DAN PINANDITA Pandita dan Pinandita secara umum dikenal dengan nama orang suci, Yaitu seseorang yang memiliki kewajiban untuk melaksanakan upacara baik dalam skala besar maupun skala kecil.. Orang suci juga dapat diartikan sebagai orang yang mampu menerima getaran-getaran gaib, memiliki mata batin dan dapat memancarkan kewibawaan rohani, serta dapat mewujudkan ketenangan dan penuh welas asih yang di sertai kemurnian lahir dan batin dalam mengamalkan ajaran agama. Apa yang membedakan Pandita dan Pinandita??? Pengertian Pandita Pandita adalah golongan orang suci yang telah dwijati yaitu orang suci yang melakukan penyucian diri tahap lanjut atau madiksa.  Orang yang telah melaksanakan proses madiksa disebut orang yang lahir dua kali.  Kelahiran yang pertama dari kandungan ibu, sedangkan kelahiran kedua dari kaki seorang guru rohani (Dang Acarya) atau Nabe dan  Setelah melakukan proses madiksa, orang suci tersebut diberi gelar Sulinggih atau Pandita.. Pandita

Apa makna sampian peras ?

                        SAMPIAN PERAS  Sampian peras; terbuat dari empat potong janur dibentuk menyerupai parabola di atasnya, merupakan lambang dari kesiapan diri kita dalam menerima intuisi, inisiasi, waranugraha dari Hyang Widhi yang nantinya akan kita pakai untuk melaksanakan Dharma. Sampian peras termasuk sampian metangga memiliki sisiknya 8 dibawah dan diatas memakai reringgitan, Sedangkan yg dibawahnya memakai seriuk, diantara bidang bawah dan bidang atas memiliki tangga terdiri dari 4 buah lidi,dengan isernya purwa daksina arah jarum jam, dengan demikian sampian peras memiliki makna sebagai berikut, memiliki sisiknya 8 sebagai simbol 8 kemaha kemuliaan hyang widhi astaaiswarya, memiliki iseh kekanan mengandung simbol tujuan menuju alam suniaamerta, memiliki 4 tangkai lidi sebagai tangganya adalah merupakan simbol kekuatan ajaran catur yoga,dalam arti untuk mencari alam suniaamerta, sesungguhnya dengan cara menyatukan pelaksanaan arti ajaran catur yoga yaitu -ajaran

Apa itu banten ajuman (Sodaan) ?

AJUMAN (SODAAN) Ajuman disebut juga soda (sodaan) dipergunakan tersendiri sebagai persembahan ataupun melengkapi daksina suci dan lain-lain. Bila ditujukan kehadapan para leluhur, salah satu peneknya diisi kunir ataupun dibuat dari nasi kuning, disebut “perangkat atau perayun” yaitu jajan serta buah-buahannya di alasi tersendiri, demikian pula lauk pauknya masing-masing dialasi ceper /ituk-ituk, diatur mengelilingi sebuah penek yang agak besar. Di atasnya diisi sebuah canang pesucian, canang burat wangi atau yang lain. Fungsi : Sarana yang dipakai untuk memuliakan Hyang Widhi (ngajum, menghormat, sujud kepada Hyang Widhi). Dalam mempersembahkan banten Soda/Ajuman ini bisa berdiri sendiri, atau dipersembahkan bersama kedalam suatu banten tertentu, misalnya untuk melengkapi banten pejati, menjadi bagian dalam banten ayaban tumpeng lima, tumpeng pitu, dan sorohan banten lainnya. Mantra: Saat menghaturkan banten Soda/Ajuman dapat menggunakan mantra  "Om Atma tatwatma suddh