POROSAN
Menghaturkan canang, salah satu bentuk yadnya yang mengunakan sarana berupa bunga dan daun.
Namun, dalam canang itu ada juga Porosan yang wajib diisi.
Menurut Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti, Porosan dalam aktivitas ritual umat Hindu di Bali menjadi item yang sangat penting.
Bahkan, lanjutnya, bisa dikatakan sebuah canang tidak bisa disebut dengan canang, jika tidak menggunakan porosan.
makna dari Porosan ini sebagai lambang dari Tri Murti yang dilambangkan dengan tiga unsur dari Porosan itu,
terdiri dari daun sirih yang berwarna hijau, melambangkan Dewa Wisnu dengan lambang aksara Suci Ungkara (Ung). Selanjutnya adalah buah sirih yang disisir sedemikian rupa, ini mewakili warna merah, simbul dari Dewa Brahma
dengan aksara sucinya adalah Angkara (Ang).
Dan, yang terakhir adalah kapur sirih yang berwarna putih, yang merupakan simbul dari Dewa Iswara (Siwa) dengan aksara sucinya adalah Mangkara (Mang).
Ketiga unsur tersebut digabungkan menjadi satu dengan cara dijalin dan dijepit dengan menggunakan daun dan busung.
Selanjutnya disemat sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
Ketiga unsur yang telah bersatu ini, akan
membentuk satu aksara suci yakni OM.
Sebuah Porosan dalam canang ataupun sampian lainnya, menjadi simbul atau lambang dari lda Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa, sebagai simbol Tri Murti (Sirih yang di dalamnya dilengkapi
dengan kapur dan pinang)
Komentar
Posting Komentar